Malam Sang Perias
Malam kelam mencekam, sinar rembulan menerawang melintasi dimensi alam. Cahaya penerangan alam telah redup, awan hitam menjadi pengalang. Suara-suara yang tergungang hanya lolongan srigala, kodok dan jangkrik. Sementara aku berada dikamar mayat seorang diri, terlihat jelas banyak jasad-jasad yang sudah tak berruh, bulu kuduk terus saja berdiri, merinding, pertanda rasa takut melanda, namun sudah menjadi tuntutan karirku sebagai perias mayat. Hari pertama bekerja, aku mengalami kejadian-kejadian ganjil. Sekilas tampak sebuah bayangan hitam melesat cepat dibelakang tubuh. Mencoba melawan rasa takut dan berusaha tenang, berfikir itu sebuah imajinasi dari dunia maya, yang penting aku tidak mengganggu atau mereka hanya ingin berteman. Tekat hati setengah bulat, berharap keajaiban dan keberanian menyatu. Kaki melangkah terpaksa menghampiri salah satu jasat. Tubuhnya berselimut kain putih dan terlentang diatas bipan, perlahan tangan kanan meraih kain sambil memejamkan m...